Jember Prioritas.
Untuk kedua kalinya super Cross di gelar di jember. Dengan tempat yang sama di Stadion Noto Hadinegoro. Sejak super cross pertama digelar, tahun lalu, penyelenggaraannya telah mendapat pertentangan dari berbagai elemen masyarakat jember serta para pencinta bola. Karena merasa stadion kebanggaan Persid Mania di jadikan arena lomba Super Cross .
Menurut mereka, walaupun Persid belakangan kurang berprestasi, tetap saja persid menjadikan kebanggan masyarakat jember. Dan perlu diketahui sejelek-jeleknya Persid , pernah membawa nama harum jember baik ditingkat di tingkat regional maupun Nasional. Jangan karena Persid kurang berprestasi , lalu stadion di alihkan fungsi, walau hanya sementara dan akan dikembalikan kembali sebagaimana mestinya.
Pertentangan terjadi, bukannya masyarakat tidak mendukung adanya Super Cross. Namun lebih bijak jika super Cross dilaksanakan di luar stadion Noto Hadinegoro. Seperti ased tanah Pemkab lainnya, masih banyak yang kosong, kenapa tidak dimanfaatkan?
Yang membuat pusing masyarakat jember, walupun terjadi pertentangan, rupanya panitia acuh dan tetap menyelenggarakannya kembali. Hal ini bagai sebuah pepatah “Biarkan anjing menggonggong , kafilah tetap berlalu”.
Alasan pihak panitia ngotot menyelenggarakan even yang nahal ini,mereka berkeinginan memperkenalkan Jember di mata dunia dengan terselenggarakan event yang bertaraf Internasional seperti Super Cross.
Bukannya masyarakat tidak mendukung, namun masyarakat jember melihat, dari sisi manfaat dan modhorotnya.
Jika panitia hanya bertujuan untuk mengenalkan jember via Super Croos pada masyarakat Nasional maupun Internasional, maka jelas jember akan dikenal hanya sebatas pada kalangan komunitas pecinta Super Cross belaka.
Sangatlah tidak mungkin , Tim oficial dan peserta dari negara-negara yang datang, akan membicarakan jember pada negaranya, diluar kepentingan komunitasnya. Paling-paling mereka, akan bercerita terkait penyelenggaraan super Cross di Jember belaka.
Sedangkan untuk bicara lainnya, tentunya tidak mungkin. Karena mereka merasa bukan duta dari jember.
Apalagi membicarakan jember pada para pengusaha maupun wisatawan di negara masing-masing peserta. Sungguh mustahil dilakukan mereka (peserta lomba).
Mereka di jember waktunya sangat terbatas, paling tidak hanya 2-3 hari. Dari sini jelas, mereka sangat minim untuk mengetahui potensi apa saja yang ada di jember. Artinya, minimnya waktu dan informasi yang diterima. Sedangkan yang mereka fikirkan, paling tidak hanya terfokus pada persiapan lomba. Dan strategi bagaimana untuk meraih prestasi di jember.
Berbekal pengalaman pada tahun yang lalu, semestinya panitia mengevaluasi dari penyelenggaraan Super Cross tersebut. Apa rugi dan untungnya diselenggrakan super Cross. Dan apa dampaknya bagi investasi dan pariwisata di jember. Yang jelas kerugian dan kerugian yang diraihnya.
Masyarakat jember bertanya- tanya , siapasih panitia dan promotornya ? oh yah… setelah mereka tahu, ternyata orang-orang itu saja, yang getol untuk menyelenggarakan kembali.
Apalagi oknum promotornya , yang dikenal masyarakat jember, dia tidak bertanggung jawab dari kesalahan yang dibuatnya pada event-event yang lalu.
Berapa puluh juta atau mungkin ratusan juta rupiah, uang PAD yang raib , yang semestinya menjadi tanggung jawabnya ?. Ternyata, hingga kini tidak ada pengembalian ?. Sungguh memprihatinkan jika terulang kembali. Menurut pandangan masyarakat jember, apakah di jember, tidak ada orang yang baik selain dia. Kok hanya dia yang selalu dipercaya. Hal inilah yang dipertanyakan masyarakat, dan adapa dibalik semua ini? Wallahualam.
Okelah…. , Dibalik kerugian ada sebuah tujuan yang baik dari panitia. Sebut saja, dengan terselenggaranya event mahal ini, diharapkan munculnya atlit berprestasi level Nasional maupun internasional yang tercetak di Jember. Sehingga jember di kenal dapat melahirkan atlit bertaraf Nasional atau Internasional. Lalu keuntungan lainnya apa ? hanya panitialah yang tahu.
Super Cross merupakan tontonan yang mahal, untuk itu tiketnya juga mahal, begitu kata promotor disalah satu radio swasta. Mereka lupa bahwa saat ini masyarakat jember masih dalam keadaan krisis ekonomi. Dengan krisis ekonimi yang melanda mereka , jelas mereka tidak mampu untuk beli tiket. Justru mereka merasa lebih baik nonton lewat televisi. Gartis bisa menontong ramai-ramai bersama keluarga. Dan hal ini terbukti dua hari penyelenggaran, minim penonton. Akibatnya rugi lagi……..
Banyak Menelan Korban
Penyelenggaraan supercroos yang dibanggakan oleh panitia maupun Promotor kali ini , karena Jember bisa melaksanakan lomba super Cross bertaraf Internasional, dan penyelenggarannya nomor dua selain di Amerika. Mungkinkah demikian? Kami kira tidak. Deperti di Jakarta, Bandung dan Surabaya sudah lebih dahulu. Jika penyelenggranya Kabupaten, mungkin iya.
Selain di arena atau lintasan balap , banyak peserta yang jatuh sebagai korban akibat kurangnya mereka munguasahi medan. Terjadi pula korban Super Cross diluar lintasan balap. Namun korban kali ini, merupakan korban akibat adanya interfensi panitia dalam penodongan atau pengedropan tiket masuk VIP yang jumlahnya dari 5 hingga 30 tiket pada SKPD, Camat, Lurah / Kepala desa yang berharga Rp 250 ribu per tiket. Lalu berapa ratus juta yang akan diterima panitia maupun promotor.
Rupanya panitia kurang tahu, Baik SKPD. Camat, Lurah/Kepala Desa , sudah terbebani bantuan dana pada event-event sebelumnya. Sehingga dengan terpaksa mereka pada nggerundel dan mengembalikan sebagian tiket ke Panitia. Karena ketidak mampuan membeli, dan terbatasnya anggaran yang ada.
Apakah mereka disuruh melakukan penyimpangan dengan mengambil sebagian pos-pos yang ada ? hanya sekedar meramaikan Super Cross.
Dan lalu bagaimana jika kelak ada pemeriksaan, baik dari BPK maupun lembaga pemeriksa lainnya ?. Yang jelas , dari sini telah terjadi hilangnya sebuah kejujuran. Artinya mereka harus pandai-pandai, mencari pos-pos yang lepas dari pengawasan dan pemeriksaan BPK, sehingga aman. Namun bagaimanapun kejadian tersebut menjadikan beban moral yang harus dipertanggung jawabkan di LPJ, atau secara tidak langsung mereka telah melanggar sumpah jabatan yang diucapkan dan disaksikan langsung oleh Allah SWT.
Lain lagi jika dilakukan dinas tertentu yang notabene berduit. Jangankan ratusan juta, milyaran pun akan dikeluarkan, yang penting bisa mendukung dan membuat atasan senang. Terkait pelanggaran tidak ada masalah. Buktinya hingga kini aman dan lolos dari pemeriksaan BPK.
Itulah fenomena Super Cross yang menelan banyak korban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar